Ngangkang Style & Ngopi Non Mahram ||
▪Dulu, waktu hebohnya himbaun "Ngangkang Style" di Lhokseumawe pada tahun 2013. Saya salah satu dari kalangan Dayah yang menolak kebijakan itu. Secara intern Aceh, saya menolak pola kebijakan dan penerapan hukum seperti itu dengan beberapa alasan, diantaranya fokus penerapan Syariat Islam yang hanya bicara "Ulée dan Lungkiëk Pha" kaum perempuan serta adanya Tazakumul Mafasid.
▪Mungkin, untuk soal itu pernyataan saya masih tersimpan rapi dalam jejak digital. Siapa tau bisa menjadi bahan Bully-an dalam tahun politik seperti ini. Dengan catatan, jangan Teumeunak dan mengeluarkan kata-kata kotor, harapan ini khusus untuk anda yang mengindap penyakit Internet Asperger Syndrome.
▪Nah, bagaimana soal Himbauan (Saya pikir itu masih sebatas himbauan, bukan Qanun atau Aturan mengikat) yang diberlakukan di Bireuen. Pada prinsipnya, saya sangat sepakat penerapan Syariat Islam di Aceh khususnya tidak hanya di Bireuen. Dalam amatan saya, yang menjadi masalah sebenarnya bukan soal substansi aturan seperti Ikhtilat (campur aduk laki-laki dan perempuan) yang secara Fiqh Syafi'i memiliki indikator, konsekwensi dan sanksi yang sudah dijabarkan dalam kitab-kitab masyhur.
▪Menjadi masalah ketika Penguasa membiarkan Kemaksiatan terjadi dalam lingkungan kekuasaannya yang seharusnya menjadi prioritas pertama sebelum diterapkan atau di sosialisasikan kepada Rakyat. Seperti di dalam lingkungan dinas, sudah menjadi rahasia umum jika dalam beberapa instansi pemerintah adanya praktek zina dengan alasan "Dinas Luar, Lembur, dan berbagai alasan lainnya". Bahkan, beberapa diantaranya ada yang menikah sirri dengan asisten pribadinya atau menjalin hubungan yang tidak sah.
▪Dalam hal ini, Syariat Islam terkesan menjadi alat sensaional penguasa semata, menjadi alat politik yang justru merendahkan nilai Islam itu sendiri. Ada Mafsadah yang lebih besar yang harus diprioritaskan oleh penguasa, dan memerlukan landasan hukum Syariat untuk disegerakan seperti Praktek Korupsi yang merajalela, Pelayanan Publik yang amburadul serta beberapa hal lainnya yang berhubungan dengan kemashlahatan ummat.
▪Disini, saya melihat beberapa pihak yang "sedikit kacau" dalam menempatkan masalah. Terkesan, seseorang yang terkadang menolak pola kebijakan di Bireuen akan di anggap melawan Syariat Islam. Mindset ini tidak bisa dibiarkan. Aceh harus cerdas dalam melihat masalah, tidak sebatas sentimen Islam semata. Ber-Islam it harus secara Kaffah dengan prioritas-prioritas yang seharusnya.
▪Kekacauan berpikir kita terkadang begitu nyata di depan mata, satu sisi kita memaki siapa saja yang kontra dengan himbauan di Bireuen, tapi di sisi lain kita seperti apatis terhadap indikasi-indikasi koruptif misalnya dalam lingkungan Instansi Syariat Islam. Bukankah, korupsi dan nepotisme adalah bagian dari kemungkaran? Kita begitu gencar memaki orang lain, kita lupa kalau memaki dan menghina seseorang juga bentuk kemungkaran?
▪Intinya, menolak pola kebijakan bukan berarti menolak kebijakan itu sendiri. Karena kita sama-sama paham Dar'ul Mafasid Muqaddamun 'ala Jalbil Mashalih!
Salam Jumat
Untuk Santri Milenial dan Post Islamisme
Kebahagian Aceh dari otonomi
Jumat, 07 September 2018
Rabu, 05 September 2018
Azhari T Ahmadi
Azhari T Ahmadi,calon dptk kota Lhokseumawe nomor urut 8 dapil Banda Sakti,
Tokoh penggerak literasi coffe di Lhokseumawe dan aktif di berbagai LSM dan organisasi lainnya ini memutuskan untuk terjun ke dunia politik
Pemuda asal Banda masen inidi kenal dengan sosialnya,beliau merintis pendidikan di berbagai institut sampai mendapat gelar Tgr,
Tokoh ini juga calon yang di unggulkan di dapil Banda sakti untuk mewakili kaum milenial di parlemen kota Lhokseumawe nanti insyaallah,
Tokoh penggerak literasi coffe di Lhokseumawe dan aktif di berbagai LSM dan organisasi lainnya ini memutuskan untuk terjun ke dunia politik
Pemuda asal Banda masen inidi kenal dengan sosialnya,beliau merintis pendidikan di berbagai institut sampai mendapat gelar Tgr,
Tokoh ini juga calon yang di unggulkan di dapil Banda sakti untuk mewakili kaum milenial di parlemen kota Lhokseumawe nanti insyaallah,
Sabtu, 28 Juli 2018
Saiful Bahri (pon yaya) caleg DPRA dapil 5 Aceh Utara lhokseumawe
Saiful Bahri(pon Yaya) caleg DPRA dapil 5 yaitu Lhokseumawe dan Aceh Utara
Beliau adalah eks gerakan Aceh merdeka wilayah pada kala itu
Pria yang akrab di sapa tanggy Buloh itu memiliki jiwa sosial yg tinggi dan memiliki jiwa kepemimpinan yg luar biasa..hal itu bisa di lihat dari usahasanya di pedalaman sp keuramat beliau memiliki usaha kelapa sawit dan karet dan ratusan pekerja yg berasal dari Kutamakmur..kata beliau ini adalah bukti dari saya untuk memberantas pengangguran yg di Aceh Utara semakin banyak dan khususnya di Kutamakmur
Pang5 Sagoe Tgk syiek di Buloh itu menegaskan bahwa niat beliau ke DPRA tidak lain yaitu untuk mensejahterakan rakyat dan sebisa mungkin ikut merealisasikan dari hasil kesepakatan MOU tempo dulu
Caleg bernomor urut 10 ini bisa di sebut salah satu yg unggul di Aceh Utara dan Lhokseumawe nantinya#insyaallah
#zpost
Beliau adalah eks gerakan Aceh merdeka wilayah pada kala itu
Pria yang akrab di sapa tanggy Buloh itu memiliki jiwa sosial yg tinggi dan memiliki jiwa kepemimpinan yg luar biasa..hal itu bisa di lihat dari usahasanya di pedalaman sp keuramat beliau memiliki usaha kelapa sawit dan karet dan ratusan pekerja yg berasal dari Kutamakmur..kata beliau ini adalah bukti dari saya untuk memberantas pengangguran yg di Aceh Utara semakin banyak dan khususnya di Kutamakmur
Pang5 Sagoe Tgk syiek di Buloh itu menegaskan bahwa niat beliau ke DPRA tidak lain yaitu untuk mensejahterakan rakyat dan sebisa mungkin ikut merealisasikan dari hasil kesepakatan MOU tempo dulu
Caleg bernomor urut 10 ini bisa di sebut salah satu yg unggul di Aceh Utara dan Lhokseumawe nantinya#insyaallah
#zpost
Kamis, 05 Juli 2018
SAYA KENAL IRWANDI#HAEKAL AFIFA
Saya, Irwandi dan Aceh ||
▪Saya tak kenal dekat Irwandi (BW). Hanya beberapa kali bertemu baik saat konflik Aceh maupun pasca damai. Saat konflik, BW memakai beberapa nama sandi; Tgk. Agam, Tgk. Isnandar Al Pase, dan Jean Michael Hara (J.M.Hara). Sebagai Jubir GAM Pase saat itu, Isnandar lebih terkenal dari pada dua nama lainnya.
▪J.M. Hara adalah nama pena yang ia gunakan untuk menulis beberapa booklet dan buku GAM. Salah satu bukunya masih saya simpan. Dan beberapa dokumen media saat ia muncul ke publik dan ditangkap saat konflik juga masih saya rawat dengan baik.
▪Terakhir bertemu dengan BW, saat proses Pilkada 2017 lalu. Ditemani seorang kawan, saya wawancara dan ngobrol banyak dengannya di Lamprit. Karena memang saya suka dengan pemikiran beberapa tokoh GAM yang terlibat dalam politik Aceh pasca damai, Termasuk BW.
▪Banyak jalan hidup yang ia kisahkan. Beberapa cerita dia minta "off the record" ke publik. Kala itu, saya menarik menulis tentangnya; Komunikasi popaganda yang ia miliki, manajemen konflik yang ia kuasai, dan kisahnya saat menempuh pendidikan di Amerika. Bagi saya, dia salah satu aset intelektual yang dimiliki GAM. Saya salut dengan intelektualnya, koneksi internasional dan gaya komunikasinya.
▪Dalam Pilkada 2017 (khususnya Pilgub), saya tidak mendukung siapapun. Walaupun kecenderungan saya hanya pada Partai Lokal. Dan, saya lebih suka menulis beberapa sosok GAM yang terlibat di dalamnya (Muzakir Manaf, Irwandi Yusuf, Sofyan Dawood, Zakaria Saman).
▪Saat itu, semua tokoh GAM tersebut sudah saya tulis pemikirannya. Kecuali Irwandi. Beberapa hari kala artikel saya tentang Irwandi hendak tayang, tiba-tiba dalam debat publik Pilkada 2017 Irwandi menyerang pribadi Zakaria Saman. Sejak itu, saya kehilangan respek padanya, artikel tentangnnya saya batalkan dan saya mulai melawan sikap Ad Hominemnya.
▪Saya tidak suka pribadi Ad Hominem. Apalagi dipraktekkan oleh tokoh politik sekelas BW. Bahkan, saya harus kehilangan beberapa teman hanya karena mereka terlalu membela prilaku Ad Hominem ini. Bagi saya, mereka terlalu munafik dalam berpolitik. Semacam kehilangan nalar dalam memisahkan antara kebenaran dan kesalahan.
▪Mulai saat itu, sebagai pribadi saya menyatakan melawan sifat Ad Hominem yang ada pada BW. Walaupun disisi lain sampai saat ini saya mencintai Partai Lokal sebagai organ politik dalam melawan bergaining nasional. Aceh harus kuat secara politik, tapi bangsa Aceh juga harus kuat dalam memperbaiki karakter politisinya.
▪Pasca BW terpilih sebagai Gubernur, saya mulai mengamati. Ternyata, Ad Hominem ini semakin menjadi-jadi. Saya melihatnya semacam syndrome yang sulit dihilangkan. BW mulai menyerang pribadi Abdullah Saleh (Politisi PA), di kolom komentar media sosialnya, ia mulai 'menggila' dengan kata-katanya yang menyerang pribadi beberapa netizen yang bersebrangan dengannya. Bagi saya, ini tidak layak dilakoni oleh seorang Gubernur.
▪Lama kelamaan, saya melihat kesan BW semakin sombong dengan kekuasaan yang dimilikinya. Beberapa oknum pendukungnya juga semakin 'ganas' di media sosial menyerang lawan politiknya. Pun sebaliknya.
▪Sebulan yang lalu, melalui kawan-kawan dan elit Aceh di Jakarta saya tau BW sudah masuk target untuk ditangkap KPK. Disini, skenario Jakarta terlihat mulai bermain lebih tegas untuk 'menghabisi' kekuatan politik lokal Aceh. Bahkan, drama 'decomissioning' politik ini sudah dimainkan sejak BW berpasangan dengan Nazar.
▪Maka saran saya, bersiaplah untuk Partai Lokal Aceh. Jangan larut dalam euforia politik sesaat yang menyesatkan. Galang kekuatan kolektif, bangun bargaining power yang kokoh antar sesama. Dalam politik memang tidak ada musuh abadi, tapi yakinlah pesan Alm. Wali "Meurakan ngôn Musöh handjeut, keuneulhéh rugöe".
▪Secara pribadi, saya prihatin dan sedih atas kasus yang menimpa BW. Sebagai rakyat, saya malu dan kecewa jika memiliki Gubernur koruptif. Sehingga marwah Aceh ditingkat nasional menjadi taruhan yang harus dibayar mahal.
▪Semoga ini menjadi pelajaran buat semuanya. Baik politisi, simpatisan, maupun pendukung, khususnya Partai Lokal Aceh. Saat ini, kita sedang berada di skenario yang rumit. Kita memang ''gagal'' merdeka, tapi jangan pernah gagal untuk bersatu!
▪Saya tak kenal dekat Irwandi (BW). Hanya beberapa kali bertemu baik saat konflik Aceh maupun pasca damai. Saat konflik, BW memakai beberapa nama sandi; Tgk. Agam, Tgk. Isnandar Al Pase, dan Jean Michael Hara (J.M.Hara). Sebagai Jubir GAM Pase saat itu, Isnandar lebih terkenal dari pada dua nama lainnya.
▪J.M. Hara adalah nama pena yang ia gunakan untuk menulis beberapa booklet dan buku GAM. Salah satu bukunya masih saya simpan. Dan beberapa dokumen media saat ia muncul ke publik dan ditangkap saat konflik juga masih saya rawat dengan baik.
▪Terakhir bertemu dengan BW, saat proses Pilkada 2017 lalu. Ditemani seorang kawan, saya wawancara dan ngobrol banyak dengannya di Lamprit. Karena memang saya suka dengan pemikiran beberapa tokoh GAM yang terlibat dalam politik Aceh pasca damai, Termasuk BW.
▪Banyak jalan hidup yang ia kisahkan. Beberapa cerita dia minta "off the record" ke publik. Kala itu, saya menarik menulis tentangnya; Komunikasi popaganda yang ia miliki, manajemen konflik yang ia kuasai, dan kisahnya saat menempuh pendidikan di Amerika. Bagi saya, dia salah satu aset intelektual yang dimiliki GAM. Saya salut dengan intelektualnya, koneksi internasional dan gaya komunikasinya.
▪Dalam Pilkada 2017 (khususnya Pilgub), saya tidak mendukung siapapun. Walaupun kecenderungan saya hanya pada Partai Lokal. Dan, saya lebih suka menulis beberapa sosok GAM yang terlibat di dalamnya (Muzakir Manaf, Irwandi Yusuf, Sofyan Dawood, Zakaria Saman).
▪Saat itu, semua tokoh GAM tersebut sudah saya tulis pemikirannya. Kecuali Irwandi. Beberapa hari kala artikel saya tentang Irwandi hendak tayang, tiba-tiba dalam debat publik Pilkada 2017 Irwandi menyerang pribadi Zakaria Saman. Sejak itu, saya kehilangan respek padanya, artikel tentangnnya saya batalkan dan saya mulai melawan sikap Ad Hominemnya.
▪Saya tidak suka pribadi Ad Hominem. Apalagi dipraktekkan oleh tokoh politik sekelas BW. Bahkan, saya harus kehilangan beberapa teman hanya karena mereka terlalu membela prilaku Ad Hominem ini. Bagi saya, mereka terlalu munafik dalam berpolitik. Semacam kehilangan nalar dalam memisahkan antara kebenaran dan kesalahan.
▪Mulai saat itu, sebagai pribadi saya menyatakan melawan sifat Ad Hominem yang ada pada BW. Walaupun disisi lain sampai saat ini saya mencintai Partai Lokal sebagai organ politik dalam melawan bergaining nasional. Aceh harus kuat secara politik, tapi bangsa Aceh juga harus kuat dalam memperbaiki karakter politisinya.
▪Pasca BW terpilih sebagai Gubernur, saya mulai mengamati. Ternyata, Ad Hominem ini semakin menjadi-jadi. Saya melihatnya semacam syndrome yang sulit dihilangkan. BW mulai menyerang pribadi Abdullah Saleh (Politisi PA), di kolom komentar media sosialnya, ia mulai 'menggila' dengan kata-katanya yang menyerang pribadi beberapa netizen yang bersebrangan dengannya. Bagi saya, ini tidak layak dilakoni oleh seorang Gubernur.
▪Lama kelamaan, saya melihat kesan BW semakin sombong dengan kekuasaan yang dimilikinya. Beberapa oknum pendukungnya juga semakin 'ganas' di media sosial menyerang lawan politiknya. Pun sebaliknya.
▪Sebulan yang lalu, melalui kawan-kawan dan elit Aceh di Jakarta saya tau BW sudah masuk target untuk ditangkap KPK. Disini, skenario Jakarta terlihat mulai bermain lebih tegas untuk 'menghabisi' kekuatan politik lokal Aceh. Bahkan, drama 'decomissioning' politik ini sudah dimainkan sejak BW berpasangan dengan Nazar.
▪Maka saran saya, bersiaplah untuk Partai Lokal Aceh. Jangan larut dalam euforia politik sesaat yang menyesatkan. Galang kekuatan kolektif, bangun bargaining power yang kokoh antar sesama. Dalam politik memang tidak ada musuh abadi, tapi yakinlah pesan Alm. Wali "Meurakan ngôn Musöh handjeut, keuneulhéh rugöe".
▪Secara pribadi, saya prihatin dan sedih atas kasus yang menimpa BW. Sebagai rakyat, saya malu dan kecewa jika memiliki Gubernur koruptif. Sehingga marwah Aceh ditingkat nasional menjadi taruhan yang harus dibayar mahal.
▪Semoga ini menjadi pelajaran buat semuanya. Baik politisi, simpatisan, maupun pendukung, khususnya Partai Lokal Aceh. Saat ini, kita sedang berada di skenario yang rumit. Kita memang ''gagal'' merdeka, tapi jangan pernah gagal untuk bersatu!
Senin, 02 Juli 2018
Darwati takut kehilangan Irwandi
Tanpa diduga, ternyata pernyataan Darwati ini sontak membuat para pimpinan dan anggota DPRA tertawa, hingga membuat seisi ruangan terdengar riuh.
Setelah ditelusuri ternyata Darwati mengungkapkan pernyataan itu dalam pidato rapat paripurna istimewa di Gedung Utama DPRA, 15 Agustus 2017 dalam rangka pengucapan sumpah dan janji anggota DPRA Irwansyah sebagai pengganti antara waktu (PAW).
Seperti diketahui Darwati A Gani resmi mengundurkan diri dari anggota DPRA digantikan mantan Ketua PNA Irwansyah alias Teungku Muksalmina.
Dalam pidato itu Darwati menyatakan akan berkonsentrasi mendampingi Irwandi bertugas, dan menyatakan tetap berkomitmen berbuat untuk masyarakat.
Darwaiti juga meminta maaf kepada para konstituen di daerah pemilih Banda Aceh, Aceh Besar dan Sabang karena ia tidak dapat melanjutkan tugasnya sampai lima tahun sebagai anggota DPRA.
Baca: Begini Momen Terakhir Darwati Sebagai Anggota DPRA, Sebelum Berpidato Dibisikin Sesuatu oleh Irwandi
"Saya juga mohon maaf, mohon pamit kepada konstituen saya, kaum perempuan di wilayah Banda Aceh, Aceh Besar dan Sabang. Mohon maaf saya tidak bisa mengakhiri sampai lima tahun masa jabatan saya karena saya harus memilih," ujarnya.
Menurut perempuan lulusan PDPK Unsyiah ini, selama menjadi anggota DPRA, ia banyak belajar dan mendapat pengetahun tentang sistem anggaran dan politik.
"Selain dari guru politik saya Bapak Irwandi Yusuf," ujarnya. (*)
Minggu, 01 Juli 2018
Panton Aceh 'bukon lon tulak'
¤ BUKOEN LON TULAK ¤
Jipoet angen gle jitoh ngen ujeun,
U muyup kareung Cicem meusua,
Teuka ie raya paya ngop ateung,
Reubah teugageung meuputa2.
U muyup kareung Cicem meusua,
Teuka ie raya paya ngop ateung,
Reubah teugageung meuputa2.
Pakiban tajak han mupat ateung,
Oh wate takheun kameunan kada,
Maklum di ulon beulanja kureung,
Hana pat diyeung miskin that harta.
Oh wate takheun kameunan kada,
Maklum di ulon beulanja kureung,
Hana pat diyeung miskin that harta.
Han sagop dilon gata lon jak tueng,
Beuthat tatimpueng ulon taceula,
Karena jarak laoet meulinteung,
Hansep pelampung wate lon kira.
Beuthat tatimpueng ulon taceula,
Karena jarak laoet meulinteung,
Hansep pelampung wate lon kira.
Adakna HELY peusawat tempur,
Bak uroe libur lon jak tamasya,
Tapi nyan hana bak jaroe aduen,
Gata beumaklum nasib kakanda.
Bak uroe libur lon jak tamasya,
Tapi nyan hana bak jaroe aduen,
Gata beumaklum nasib kakanda.
Dilon pih muntah han sanggop lon theun,
Tajak et bireun sampoe u Banda,
Adak pih male kalheuh ulon kheun,
Bek jeut keuhireun wahai adinda.
Tajak et bireun sampoe u Banda,
Adak pih male kalheuh ulon kheun,
Bek jeut keuhireun wahai adinda.
Kanasib badan dari phon jameun,
Sabe lon jangeun ngen gop that beda,
Gata bek seudih hate teumernung,
Tapreh lon jak tung hana troh teuka.
Sabe lon jangeun ngen gop that beda,
Gata bek seudih hate teumernung,
Tapreh lon jak tung hana troh teuka.
Mungken getanyo hana peutemuen,
Ngen gata Ainun tamse keu nama,
Jinoe tagantoe wahe dek buleun,
Ngen laen ureung keu judoe adinda.
Ngen gata Ainun tamse keu nama,
Jinoe tagantoe wahe dek buleun,
Ngen laen ureung keu judoe adinda.
Doa nibak lon sabe lam jangeun,
Jaroe ulon leung lon mohon pinta,
Keujudoe gata lakoe keu imum,
Gata keu makmum lam keluarga.
Jaroe ulon leung lon mohon pinta,
Keujudoe gata lakoe keu imum,
Gata keu makmum lam keluarga.
Amanah lon bi yoh masa jameun,
Tatubit uleun jelbab bek tabuka,
Pakaian tashoek beugot tadiyeung,
Bek dosa ureung oh dikalen gata.
Tatubit uleun jelbab bek tabuka,
Pakaian tashoek beugot tadiyeung,
Bek dosa ureung oh dikalen gata.
Haba metutoe beugot tajangeun,
Beumurah senyum dgn syedara,
Habblum minaLLAH wahai dek buleun,
Juga ngen ureung jaga wibawa.
Beumurah senyum dgn syedara,
Habblum minaLLAH wahai dek buleun,
Juga ngen ureung jaga wibawa.
Nyan Tajaga beugot that...!
Panton Aceh stunami
Allahu Allahurabbi,
Syukur keurabbi sidroe ilahon,
Selaweut saleum sabee bak bibie,
Keusidroe nabi utusan rabbon,
Syukur keurabbi sidroe ilahon,
Selaweut saleum sabee bak bibie,
Keusidroe nabi utusan rabbon,
Nibak malam nyoe lon peugot rawi,
Ya Allah neubi beutrang hatee lon,
Ngen tuah gure lam ulee leupi,,
Keubhah stunami lon ujo suson,
Ya Allah neubi beutrang hatee lon,
Ngen tuah gure lam ulee leupi,,
Keubhah stunami lon ujo suson,
Yoh buno uroe tapeuringati,
Saboh tragedi geu ulang tahon,
Saboh seujarah Aceh seurambi,
Dile terjadi kheundak bak rabbon,
Saboh tragedi geu ulang tahon,
Saboh seujarah Aceh seurambi,
Dile terjadi kheundak bak rabbon,
Yoh golom damai gam deungon R.I,
Manteng su minimi di gle ngen gampong,
Rakyat sengsara geuklik meu ie’ie,
Bak ujong gaki adat ngen hukom,
Manteng su minimi di gle ngen gampong,
Rakyat sengsara geuklik meu ie’ie,
Bak ujong gaki adat ngen hukom,
Hingga troh masa kuasa rabbi,
Saboh tragedi nibak akhe thon,
2004 ngen thon masehi,
Cobaan neubi bala neupeutron,
Saboh tragedi nibak akhe thon,
2004 ngen thon masehi,
Cobaan neubi bala neupeutron,
Bak beungoh minggu geumpa teujadi,
Meugokgok bumi donya meu hayon,
Tanoh dum crah-crah di tubit ngen ie,
Reuloh ngon titi runtoh ngen geudong,
Meugokgok bumi donya meu hayon,
Tanoh dum crah-crah di tubit ngen ie,
Reuloh ngon titi runtoh ngen geudong,
Wate kareuda geumpa terjadi,
Sideh di pasi asai mula phon,
Di beudoh bakat Allah hurabbi,
Leupah that tinggi santeut ngen geudong,
Sideh di pasi asai mula phon,
Di beudoh bakat Allah hurabbi,
Leupah that tinggi santeut ngen geudong,
Teuka geulumbang raya han sakri,
Mulai di pasi banbadum di ron,
Rumoh ngen toko warong meukat mie,
Ngen moto mersi geulumbang gulong,
Mulai di pasi banbadum di ron,
Rumoh ngen toko warong meukat mie,
Ngen moto mersi geulumbang gulong,
Kuasa Allah hantroh takaji,,
Oh wate geubi han ek tatanggong,
Barang dum di ba oleh stunami,
Ureng dalam ie meu apong-apong,
Oh wate geubi han ek tatanggong,
Barang dum di ba oleh stunami,
Ureng dalam ie meu apong-apong,
Wate taingat seudeh hansakri,
Didalam hati teurasa tutong,
Wte takalen oh di surot ie,
Mayet meuriti kota ngen gampong,
Didalam hati teurasa tutong,
Wte takalen oh di surot ie,
Mayet meuriti kota ngen gampong,
Hate sang diklik mata sang me ie,
Oh ta peurati tamoe taranggong,
Jino takeunang ultah stunami,
Taperingati doa bak rabbon,
Oh ta peurati tamoe taranggong,
Jino takeunang ultah stunami,
Taperingati doa bak rabbon,
Smoga arwah korban stunami,
Beu ek Allah bie syuruga lambong,
Pahala syahit be ek Allah bie,
Ahli famili dan bandum kaom,
Beu ek Allah bie syuruga lambong,
Pahala syahit be ek Allah bie,
Ahli famili dan bandum kaom,
Dengon momentum ultah tsunami,
Umat islami ingat keurabbon,
Di dalam hudep pareksa diri,
Iman lam hati tanyo peubeutoi,
Umat islami ingat keurabbon,
Di dalam hudep pareksa diri,
Iman lam hati tanyo peubeutoi,
Meumada ohno lon undur diri,
Soal tsunami nyeng jeut lon suson,
Mgken golom jeut lon peugot rawi,
Meauh beu tabi wahe dum kawom,
Soal tsunami nyeng jeut lon suson,
Mgken golom jeut lon peugot rawi,
Meauh beu tabi wahe dum kawom,
Ticem di meulot ateuh bak jawi,
Ticem keudidi pajoh boh sukon,
Sekedar haba nyeng jeut lon rawi,
Ulon akhiri wassalamialaikom.
Ticem keudidi pajoh boh sukon,
Sekedar haba nyeng jeut lon rawi,
Ulon akhiri wassalamialaikom.
Langganan:
Postingan (Atom)